Nopember 2014
Setelah beberapa bulan sebelumnya opa, Boby dan Uda Adi Asrul menyusuri jalur puncak dua, kali ini opa dan uda Adi kembali menyusuri jalur itu dengan tujuan curug Cipamingkis.
Waktu bulan Juni 2014, kami tidak sempat mampir kesana karena punya niat ke gunung padang, selepas puncak dua......
Pagi yang cerah opa tikum di mekarsari untuk selanjutnya mengarah ke jonggol. Dari jalan Raya Jonggol-Cariu, ketika sampai di jalan yg seperti lidah ular, kami mengambil yangnke arah kanan menuju kota Jonggol. Sampai di pasar Jonggol berbelok ke kanan menuju desa Sukamakmur. Sekitar 15 menit jalan dari pasar jonggol kami sampai di sebuah jembatan yang merupakan ceruk sebuah lembah. Disamping jembatan ini ada sebuah kedai yg menyediakan gorengan dan indomie. Kami sarapan dulu disitu....
![]()
Selepas sarapan opa dan uda Adi jalan lagi ke arah puncak dua. Dijalan ini panoramanya sangat asri, namun menurut opa juaranya adalah dua lokasi ini: pertama, hulu.sungai Cikeas, dan kedua, hutan pinus yang merupakan dataran tertinggi dari jalur ini
![]()
![]()
Udara mulai berubah sejuk ketika kami menyusuri jalur puncak dua menjelang hutan pinus. Tidak mau menyia nyiakan jumlah oksigen yang ada, opa buka kaca penutup helm dan menghirup udara sebanyak banyaknya. Jalan nan mulus, berkelok kelok dan sedikit menanjak, tak beda dengan jalur puncak pas. Dari hutan pinus ini kami berjalan lurus menuruni bukit sejajar puncak pas itu, dan tak lama sampai di pertigaan yang menuju Curug Cipamingkis. Motor kami belokkan ke kanan dan tak lama sampailah di gerbang Curug Cipamingkis.....
![]()
Masuk gerbang, kami harus bayar 5000 rupiah/orang. Baru boleh masuk menyetandarkan motor di kehijauan rumput yang terhampar. Masih jam 10 pagi, hawa masih segar. Uda Adi Asrul mengajak opa shalat dhuha sebelum menjelajah. Yang opa sukai jalan bareng uda adalah visi spiritualitasnya masih satu kluster sehingga kami banyak sepakat untuk banyak hal.
Kami ambil air wudhu dari air sumber yang disalurkan lewat pompa air. Airnya dingin.
![]()
Selesai dhuha kami menjelajah area curug Cipamingkis. Ternyata untuk mencapai curug kami harus trekking melalui jalan setapak yang lumayan terjal. Jalannya sih tidak sukar karena sudah ada tangga batu yang disusun oleh Perhutani. Tapi tanjakannya yg terjal dan jaraknya yang lumayan, membuat keringat kami terkuras, walaupun tidak seterjal jalan menuju curug 2 Cilember.
Untuk mencapai curug, setelah mendaki masih harus melalui jembatan kecil. Dari jembatan itu, curug Cipamingkis sudah terlihat....
![]()
Curug Cipamingkis tidak terlalu tinggi, mungkin sekitar 20 meter saja. Namun arusnya sangat deras sehingga menciptakan semacam hujan uap air yang betebaran sampai sejauh 20 meter dari lokasi Curug. Dari segi keindahan masih kalah jauh dibanding curug 2 Cilember, namun keheningannya itulah yang menjadi kekuatan curug ini. Ketika kami kemari, tidak nampak ada pengunjung lain. Mungkin karena letaknya yang terpencil dan jalan menuju ke sini belum populer.
![]()
![]()
Puas menikmati keheningan curug Cipamingkis, kami pulang melalui jalur yang kualitasnya tidak sebaik jalur kedatangan. Jalur puncak dua memang hanya bagus sampai pertigaan Cipamingkis. Selepas itu, sejauh 10km jalan gravel dan tanah. Baru setelah 10km, menjelang Pacet, jalannya bagus kembali.
![]()
![]()
![]()
Walaupun jalannya kurang bersahabat namun panoramanya indah. Dilatar belakang nampak bukit megamendung diselimuti kabut.
![]()
Jalanan gravel mengguncang guncang.motor kami. Namun makin lama, jalan kembali bagus, walaupun tidak semulus jalan berangkatnya. Mendekati Pacet, barulah jalannya kembali mulus. Sekitar 1/2-1 jam perjalanan kami sampai di pertigaan jalan raya puncak-cianjur. Ke arah kiri adalah Cianjur sedangkan ke arah kanan adalah Puncak Pas. Tentu saja kami ambil arah kanan karena kami ada janji dengan restaurant Rindu Alam untum makan siang.....
(Owh iya, foto kopi nya lupa diambil, jadi....bayangkan saja opa dan uda Adi Asrul ngopi somewhere di Cipamingkis.....).....chiao...
Setelah beberapa bulan sebelumnya opa, Boby dan Uda Adi Asrul menyusuri jalur puncak dua, kali ini opa dan uda Adi kembali menyusuri jalur itu dengan tujuan curug Cipamingkis.
Waktu bulan Juni 2014, kami tidak sempat mampir kesana karena punya niat ke gunung padang, selepas puncak dua......
Pagi yang cerah opa tikum di mekarsari untuk selanjutnya mengarah ke jonggol. Dari jalan Raya Jonggol-Cariu, ketika sampai di jalan yg seperti lidah ular, kami mengambil yangnke arah kanan menuju kota Jonggol. Sampai di pasar Jonggol berbelok ke kanan menuju desa Sukamakmur. Sekitar 15 menit jalan dari pasar jonggol kami sampai di sebuah jembatan yang merupakan ceruk sebuah lembah. Disamping jembatan ini ada sebuah kedai yg menyediakan gorengan dan indomie. Kami sarapan dulu disitu....

Selepas sarapan opa dan uda Adi jalan lagi ke arah puncak dua. Dijalan ini panoramanya sangat asri, namun menurut opa juaranya adalah dua lokasi ini: pertama, hulu.sungai Cikeas, dan kedua, hutan pinus yang merupakan dataran tertinggi dari jalur ini


Udara mulai berubah sejuk ketika kami menyusuri jalur puncak dua menjelang hutan pinus. Tidak mau menyia nyiakan jumlah oksigen yang ada, opa buka kaca penutup helm dan menghirup udara sebanyak banyaknya. Jalan nan mulus, berkelok kelok dan sedikit menanjak, tak beda dengan jalur puncak pas. Dari hutan pinus ini kami berjalan lurus menuruni bukit sejajar puncak pas itu, dan tak lama sampai di pertigaan yang menuju Curug Cipamingkis. Motor kami belokkan ke kanan dan tak lama sampailah di gerbang Curug Cipamingkis.....

Masuk gerbang, kami harus bayar 5000 rupiah/orang. Baru boleh masuk menyetandarkan motor di kehijauan rumput yang terhampar. Masih jam 10 pagi, hawa masih segar. Uda Adi Asrul mengajak opa shalat dhuha sebelum menjelajah. Yang opa sukai jalan bareng uda adalah visi spiritualitasnya masih satu kluster sehingga kami banyak sepakat untuk banyak hal.
Kami ambil air wudhu dari air sumber yang disalurkan lewat pompa air. Airnya dingin.

Selesai dhuha kami menjelajah area curug Cipamingkis. Ternyata untuk mencapai curug kami harus trekking melalui jalan setapak yang lumayan terjal. Jalannya sih tidak sukar karena sudah ada tangga batu yang disusun oleh Perhutani. Tapi tanjakannya yg terjal dan jaraknya yang lumayan, membuat keringat kami terkuras, walaupun tidak seterjal jalan menuju curug 2 Cilember.
Untuk mencapai curug, setelah mendaki masih harus melalui jembatan kecil. Dari jembatan itu, curug Cipamingkis sudah terlihat....

Curug Cipamingkis tidak terlalu tinggi, mungkin sekitar 20 meter saja. Namun arusnya sangat deras sehingga menciptakan semacam hujan uap air yang betebaran sampai sejauh 20 meter dari lokasi Curug. Dari segi keindahan masih kalah jauh dibanding curug 2 Cilember, namun keheningannya itulah yang menjadi kekuatan curug ini. Ketika kami kemari, tidak nampak ada pengunjung lain. Mungkin karena letaknya yang terpencil dan jalan menuju ke sini belum populer.


Puas menikmati keheningan curug Cipamingkis, kami pulang melalui jalur yang kualitasnya tidak sebaik jalur kedatangan. Jalur puncak dua memang hanya bagus sampai pertigaan Cipamingkis. Selepas itu, sejauh 10km jalan gravel dan tanah. Baru setelah 10km, menjelang Pacet, jalannya bagus kembali.



Walaupun jalannya kurang bersahabat namun panoramanya indah. Dilatar belakang nampak bukit megamendung diselimuti kabut.

Jalanan gravel mengguncang guncang.motor kami. Namun makin lama, jalan kembali bagus, walaupun tidak semulus jalan berangkatnya. Mendekati Pacet, barulah jalannya kembali mulus. Sekitar 1/2-1 jam perjalanan kami sampai di pertigaan jalan raya puncak-cianjur. Ke arah kiri adalah Cianjur sedangkan ke arah kanan adalah Puncak Pas. Tentu saja kami ambil arah kanan karena kami ada janji dengan restaurant Rindu Alam untum makan siang.....
(Owh iya, foto kopi nya lupa diambil, jadi....bayangkan saja opa dan uda Adi Asrul ngopi somewhere di Cipamingkis.....).....chiao...