[perjalanan singkat, dekat. Semoga gak mengurangi makna dari perjalanan itu sendiri]
Saya sering diperingatkan oleh orang tua ketika masa kecil saat sedang asyik bermain dihalaman rumah, "jika sudah menjelang magrib masuklah rumah, hentikan aktifitas sejenak". Waktu pergantian hari yang ditandai dengan terbenamnya matahari, konon rawan dengan malapetaka atau celaka ketika kita melakukan kegiatan diluar rumah.
Saya sendiri belum mengetahui alasan kenapa bisa beberapa orang beranggapan seperti itu sampai akhirnya saya pernah membaca suatu artikel, jika saat pergantian hari (sekitar pukul 5-6 sore) waktu itu pula matahari mulai redup memancarkan cahanya, perubahan warna dilangit yang semakin gelap juga berpengaruh untuk panca indera manusia, dalam hal ini mata juga akan melakukan adaptasi pada setiap cahaya yang diterima.
Dan akan mengalami ganguan fungsi saat proses adaptasi tersebut. Karena mata merupakan "sensor" awal sebelum diterima otak untuk diterjemahkan dalam bentuk aktifitas organ tubuh yang lain, maka menurunnya fungsi mata berpotensi apa yang kita lakukan akan mengalami hilang fokus, dan bisa dibayangkan apa yang terjadi.
Sebagai seorang yang sering melakukan perjalanan, waktu-waktu pergantian siang dan malam saya manfaatkan dengan menikmati keindahan pergantian cahaya sang surya saat lengser dari atas bumi dimana saya berpijak.
Saya akan behenti dimanapun saat kejadian itu terjadi. Salah satunya ketika kami melakukan perjalanan dengan menempuh rute Cikarang-Cibarusa-Cariu--Cikalong Kulon-Cianjur-Cisarua-Bogor-Jakarta pada 22- April -2012 yang lalu. Bisa di sebut ini adalah a half day trip, karena kami hanya mengabiskan waktu setengah hari untuk menembuh rute tersebut. Dan perjalanan ini bersifat 'dadakan' alias tidak direncanakan.
Rute ini beberapa kali pernah kami lewati pada pagi maupun sore hari, dan tampak biasa saja. Trek pegunungan seperti biasa, banyak tikungan dan tanjakan, tetapi suhu tidak se-sejuk seperti pegunungan kebanyakan, malah cenderung membuat gerah.
Sampai akhirnya diperjalanan ini kami melewati daerah Cikalong Kulon pada pukul sekitar 5 - 6 sore, membuat kami memperlambat laju motor saat langit tapak bewarna merah muda, sampai akhirnya memutuskan berhenti tidak jauh dari tebing dipinggi jalan. Mengeluarkan kamera dari dalam tas, mulai mengabadikan pergantian warna langit yang merupakan pantulan matahari saat akan tebenam.
Pandangan mata kami tidak berkedip saat menatap langit dibalik perbukitan yang berbaris rapi, tampak juga sama-samar pucuk gunung Gede pangrango, diselimuti kabut tipis menambah suasana mistis dengan sedikit romantis karena ditemani orang tersayang. Warna langit dari merah muda, berganti kekuningan, semakin lama menjadi merah kelam, sampai akhirnya tidak ada cahaya menerangi bumi kecuali lampu pijar dari warung tidak jauh dari tempat kami berdiri. Menjadi lukisan sore saat itu. Semua terekam apik di dalam kamera dan tentu saja dimemori ingatan kami. Seakan mengigatkan kami tentang proses kehidupan.
![]()
![]()
![]()
![]()
![]()
![]()
![]()
Saya sering diperingatkan oleh orang tua ketika masa kecil saat sedang asyik bermain dihalaman rumah, "jika sudah menjelang magrib masuklah rumah, hentikan aktifitas sejenak". Waktu pergantian hari yang ditandai dengan terbenamnya matahari, konon rawan dengan malapetaka atau celaka ketika kita melakukan kegiatan diluar rumah.
Saya sendiri belum mengetahui alasan kenapa bisa beberapa orang beranggapan seperti itu sampai akhirnya saya pernah membaca suatu artikel, jika saat pergantian hari (sekitar pukul 5-6 sore) waktu itu pula matahari mulai redup memancarkan cahanya, perubahan warna dilangit yang semakin gelap juga berpengaruh untuk panca indera manusia, dalam hal ini mata juga akan melakukan adaptasi pada setiap cahaya yang diterima.
Dan akan mengalami ganguan fungsi saat proses adaptasi tersebut. Karena mata merupakan "sensor" awal sebelum diterima otak untuk diterjemahkan dalam bentuk aktifitas organ tubuh yang lain, maka menurunnya fungsi mata berpotensi apa yang kita lakukan akan mengalami hilang fokus, dan bisa dibayangkan apa yang terjadi.
Sebagai seorang yang sering melakukan perjalanan, waktu-waktu pergantian siang dan malam saya manfaatkan dengan menikmati keindahan pergantian cahaya sang surya saat lengser dari atas bumi dimana saya berpijak.
Saya akan behenti dimanapun saat kejadian itu terjadi. Salah satunya ketika kami melakukan perjalanan dengan menempuh rute Cikarang-Cibarusa-Cariu--Cikalong Kulon-Cianjur-Cisarua-Bogor-Jakarta pada 22- April -2012 yang lalu. Bisa di sebut ini adalah a half day trip, karena kami hanya mengabiskan waktu setengah hari untuk menembuh rute tersebut. Dan perjalanan ini bersifat 'dadakan' alias tidak direncanakan.
Rute ini beberapa kali pernah kami lewati pada pagi maupun sore hari, dan tampak biasa saja. Trek pegunungan seperti biasa, banyak tikungan dan tanjakan, tetapi suhu tidak se-sejuk seperti pegunungan kebanyakan, malah cenderung membuat gerah.
Sampai akhirnya diperjalanan ini kami melewati daerah Cikalong Kulon pada pukul sekitar 5 - 6 sore, membuat kami memperlambat laju motor saat langit tapak bewarna merah muda, sampai akhirnya memutuskan berhenti tidak jauh dari tebing dipinggi jalan. Mengeluarkan kamera dari dalam tas, mulai mengabadikan pergantian warna langit yang merupakan pantulan matahari saat akan tebenam.
Pandangan mata kami tidak berkedip saat menatap langit dibalik perbukitan yang berbaris rapi, tampak juga sama-samar pucuk gunung Gede pangrango, diselimuti kabut tipis menambah suasana mistis dengan sedikit romantis karena ditemani orang tersayang. Warna langit dari merah muda, berganti kekuningan, semakin lama menjadi merah kelam, sampai akhirnya tidak ada cahaya menerangi bumi kecuali lampu pijar dari warung tidak jauh dari tempat kami berdiri. Menjadi lukisan sore saat itu. Semua terekam apik di dalam kamera dan tentu saja dimemori ingatan kami. Seakan mengigatkan kami tentang proses kehidupan.






