Quantcast
Channel: Prides Online Community
Viewing all articles
Browse latest Browse all 1976

Water Dragon Sunday Ride

$
0
0
“When You Ride You should try and forget everything else. Dont think about the rest of your life ot the rest of the world. Try to forget all that and think only of the road or the track and the bike. It's not always easy to stay focused on the bike, sometimes you feel that one part of the brain rides the bike, thinks about the tyre, sees the road, but maybe the other part is thinking about a girl, a friend, a song” – Valentino Rossi

Walaupun tidak sedang berkendara di sirkuit internasional, dengan kecepatan diatas 200 km/jam, ungkapan pembalap Moto GP asal Italia diatas, saya rasakan di dalam perjalanan kali ini. Perjalanan dengan jarak tidak lebih dari 250 km (pergi-pulang), dengan jalur yang tidak lazim untuk sepeda motor yang kami kendarai, ketegangan saat melewatinya, terlempar dari motor saat terlena, sampai tertawa bahagia ketika mencapai klimaks melihat terbenamnya sang matahari di tempat betemunya sungai-samudra dengan mengendarai perahu nelayan, akan menjadi cerita dalam perjalanan kami ini.

Kami?ya.. perjalanan ini diikuti oleh empat orang, yaitu om Hendra, om Sigit, om Rustam dan saya sendiri, pada hari minggu, 10 Februari 2013. Melihat postingan Facebook dengan nama akun 'Menembus Batas' yang isinya akan mengadakan perjalanan sehari, saya tertarik untuk mengikutinya. Jika membaca beberapa cerita perjalanan bermotor Menembus Batas ini, dalam menempuh pejalanannya lebih didominasi oleh jalur-jalur yang jauh dari kata jalan aspal mulus.

Setelah melakukan obrolan dengan pemilik akun ini yang setelahnya saya ketahui pemiliknya adalah om Hendra yang berdomisili di Cibinong-Bogor, saya pun siap sedia untuk mengikuti perjalananya. Tidak banyak bertanya kepada beliau, yang penting sudah disepakati titik kumpul dan jam keberangkatannya, untuk jalur dan tujuannya sengaja tidak ditanyakan secara detail karena akan saya jadikan sesuatu yang menjadikan rasa penasaran.

Jam 08.00 di sekitaran Mal Metropolitan-Bekasi adalah titik kumpulnya, saya sendiri datang kepagian jam 7.10, saya gunakan waktu tunggu ini untuk sarapan. Setelah satu jam kemudian om Hendra tiba ditemani oleh om Sigit, saya baru pertama kalinya bertatap muka dengan kedua beliau ini. Om Hendra bilang jika menunggu salah satu teman lagi yang akan ikut dalam perjalanan ini, yaitu om Rustam yang berangkat dari Cibinong juga tetapi mengalami masalah dengan tunggangannya. Hampir 2 jam kami menunggu om Rustam ditemani beberapa gelas kopi di jalan Kalimalang ini, waktu tunggu tidak terasa karena obrolan yang asyik dan menarik. Cerita om Hendra yang masih tergabung di komunitas 'Bikepacker Indonesia' tentang perjalanan seorang diri mengayuh sepeda Bogor-Aceh, atau terombang-ambing di tengah laut selama 4 hari dalam perjalanan ke Sulawesi dengan sepeda motornya sangat seru diceritakan sampai akhirnya om Rustam tiba.


menunggu

Dan perjalanpun di mulai, dengan om Hendra di posisi depan sebagai penunjuk jalan sekaligus memimpin grup. Sekedar info juga jika perjalanan ini bagi om Hendra adalah seperti napak tilas, karena sebelumnya beliau pernah mengayuh sepedanya ke tempat yang akan kami tuju kali ini. Sinar matahari yang terik serta kemacetan kota Bekasi kami nikmati diawal perjalanan. Tak lupa mengisi bensin di SPBU dalam kota, sebagai antisipasi kesusahan mencari bahan bakar untuk motor di sana. Selepas Babelan jalan tidak sepadat sebelumnya, kami sempat berhenti di sebuah jembatan, terlihat 2 buah kapal yang terdampar dari tempat kami berhenti.




Melanjutkan perjalanan menyusuri pedesaan, dengan aspal tidak semulus di kota, kadang timbul debu ketika kami melewatinya. Sampai akhirnya kami sampai pada lokasi yang tidak kamu temui rumah-rumah penduduk, hanya terlihat beberapa genangan air mirip kolam, serta rawa-rawa yang di sekitar. Karena terlihat sepi gas pun dibuka lebih lebar, motor kami pacu lebih kencang.


the captain


we are many, we are funny

Walaupun motornya om Hendra sudah di pasang GPS, beliau juga sudah pernah melewati jalan ini, untuk ke tujuan ternyata harus bertanya kepada penduduk local yang ditemui. Sampai akhirnya tiba di kampung Baru Setia, Desa Huripjaya, Kec. Babelan- Bekasi. Disini, sejauh mata memandang hanya terdapat kolam-kolam yang dibatasi oleh tanggul dari tumpukan tanah, yang tinggginya 1-2 meter, sedangkan lebarnya antara 30 sampai 50 centimeter. Ya kolam-kolam tersebut lebih umum disebut tambak.

Om Hendra pun segera menunjuk jalan diantara tambak, sekilas agak kaget dengan apa yang di bilang beliau “ini jalannya!”. Dan kami pun langsung mengikutinya, melewati tanggul tambak ini perlu extra hati-hati, menemukan tanah yang berkubang dengan tanah agak basah habis terguyur ujan, kami agak kesusahan melewatinya, dengan bergatian melewatinya, dibantu dorongan dari teman yang menunggu untuk melewatinya, akhirnya kami semua bisa melewatinya.










kalian siap?


Masih melewati jalan serupa, kami masih bisa melewatinya dengan tetap fokus terjaga. Tahun Baru China atau Imlek saat itu serasa kehilangan mitosnya, karena terik mahatari serasa menyengat tubuh. Tidak disadari jalan semakin menyempit. Kami disadarkan ketika om Hendra yang berada paling depan, tiba-tiba berhenti. Tidak ada prasangka apa-apa saat itu, saya kira om Hendra sengaja berhenti atau sekedar mengambil napas untuk istirahat, tetapi setelah diperhatikan dari belakang sepertinya beliau sedang kesusahan menarik mundur motornya, roda depan yang ternyata melenceng beberapa centimeter saja dari tapak jalan. Tambak yang konon 4 meter kedalamannya ini siap menampung motornya jika diteruskan maju beberapa centimeter saja.


sang naga


antara menangis dan tertawa

Kami melewati jalan yang lebarnya hanya lebih sedikit dari lebar motor. Dengan tinggi 1-2 meter dari permukaan air tambak. Otomatis bagian tanah yang keras hanya selebar tapak ban saja, jika berhenti saya sendiri merasa bingung untuk menapakan kaki, karena tanah yang di pijak sangat gembur dan cenderung akan longsor. Kebingungan lagi, karena om Hendra belum berhasil menarik motornya. Tapi saat-saat seperti yang dibutuhkan adalah ketengangan untuk berpikir. Dari anggota grup yang berada di belakangnya om Hendra, Om Rustam yang berhasil mestandarkan motornya dan maju ke depan membantu om Hendra. Saya sendiri berusaha mendirikan motor dengan standar samping, tetapi tanahya tidak cukup keras untuk menopangnya, cenderung ambles.

Dengan agak kesusahan akhirnya motor berhasil ditarik menuju jalur yang benar. Benar-benar saya merasa sedang bemain sirkus, untuk menjaga keseimbangan, mengatur kecepatan motor, menekan tuas rem akan menjadi mimpi buruk , karena akan tambah sulit menahan berat motor dengan kaki yang berpijak ditanah yang labil. Tetap fokus dijalan yang tidak lebar ini, lengah sedikit saja akan tahu akibatnya. Pikiran akan jatuh, mengambil motor jika sudah kecebur ke tambak , dan lain-lain akan semakin memperburuk keadaan, harus dibuang jauh-jauh pikiran seperti itu.

Setelah melaju beberapa meter, om Sigit mengalami hal sama dengan om Hendra sebelumnya, dan berhasil juga di tarik dengan bantuan yang lain. Di tengah situasi seperti ini, om Hendra coba mengibur dengan berkata “itu sudah terlihat rumah, disitu ada warung!”. Memang saat itu tenggorokan terasa kering, dengan napas terengah-engah, sehabis menarik beberapa motor. Perjalanan dilanjutkan, dengan tetap kosentrasi, pandangan tetap fokus 3-5 meter kedepan. Karena kejadian roda melenceng ketika pandangan kita hanya berputar beberapa derajat saja.

Rumah yang dikatakan om Hendra semakin terlihat, kamipun sampai . Terpancar wajah gembira dari teman-teman. Disambut oleh 2 orang bapak pemilik rumah, rumah bedinding papan kayu, beratap asbes ini adalah tempat kedua bapak ini untuk menunggu dan ber-kegiatan lain mempelihara ikan yang ada tembak-tambak di sekitarnya. Kamipun memesan air minum, walaupun ini bukan warung tapi pemilik rumah segera menyediakan apa yang kami pesan. Karena sudah siang, perutpun merasa perlu di isi dengan makan siang. Setelah mengungkapan keinginanan kami, bapak itu dengan sigap mengambil kayu bakar, untuk memanggang ikan bandeng yang sudah ada. Ya..tambak disini salah satu penghasil bandeng. Menunggu beberapa lama, ikan dengan gosong dibagian luarnya sudah siap tersaji. “yang bagian luarnya jangan dimakan ya!” pesan bapak yang perkiraan saya ber umur 50 tahun.


istirahat


bakar ikan


bersambung...

Viewing all articles
Browse latest Browse all 1976

Trending Articles