Yakin mau jalan? Tanya istriku ketika aku mengutarakan keinginanku untuk melakukan perjalanan di akhir pekan. Yup, minggu depan ga bisa jalan, jadi host acara CJ, minggu berikutnya ada FAST Chabi, dan minggu setelahnya sudah mulai puasa. Satu-satunya kesempatan jalan ya minggu ini, ujarku ke dia. Rencana mau kemana? kembali istriku bertanya. Antara ke tempat mas Massa, Kendal atau ke Lampung, pungkasku. Ya, udah kalau begitu adik siap siap, jawab istriku sambil tersenyum
Hari hari berikutnya, kuhubungi mas Massa dan mas Andy Qiting di Lampung menanyakan tempat tempat wisata alam menarik yang ada di masing-masing daerah untuk dikunjungi. Mengingat Zahra masih ada ujian hari Seninnya, akhirnya kita putuskan untuk menyambangi pulau Andalas untuk ketiga kalinya. Maaf ya mas Massa, belum sempet sowan. Next time kita kesana. Jumat malam kita sudah mulai disibukkan packing barang-barang yang kita butuhkan ke White Warrior. Tidak sabar rasanya membawa si putih untuk perjalanan pertama kalinya.
Jam 2 pagi, aku dan istriku sudah terbangun. Ketika aku melakukan final check, istriku menyiapkan bekal untuk perjalanan kita. Nasi goreng bumbu rendang tampak sudah siap dibungkus. Setelah semua siap, kita bangunkan Zahra untuk bersiap. Sekitar pukul 3 kita sudah diatas white warrior menuju pelabuhan. Perjalanan relative lancar dan sepi, truk-truk menjadi teman kita pagi itu, sesekali terlihat mobil pribadi di jalanan. Tepat pukul 5 pagi kita sudah di loket pembelian tiket ferry.
![]()
Sabar menunggu giliran masuk ke Ferry
Sampai di kapal, kita tunaikan kewajiban sholat shubuh dan mencari tempat istirahat. Tak dinyana, sepi sekali hari itu. Di ruangan Cuma ada kita bertiga, serasa kapal pribadi. Setelah membayar tambahan bantal dan kasur kucoba memejamkan mata, lumayan 3 jam-an pikirku. Rencana tinggalah rencana, sepertinya Zahra mempunyai tenaga ekstra pagi itu, ada saja tingkahnya yang membuatku susah memejamkan mata.
![]()
Ulah Zahra yang membuatku susah memejamkan mata :D
Sesampai di pelabuhan bakaheuni, kita mengambil jalur Lampung timur dan berhenti di mini market pertama yang kita temui untuk mengisi perut dengan nasi goreng rendang buatan istriku. Tak lama berselang, tak tersisa butiran nasi sedikitpun di bungkusan, ternyata kita bertiga lapar hahaha.
![]()
Isi perut dulu
Segera kita naik ke white warrior dan memacu si putih membelah jalanan yang pagi itu didominasi truk truk. Sejam pertama bangunan berbentuk pura tampak mendominasi sepanjang jalan. Nama daerahpun menyerupai daerah daerah di Jawa, seperti pekalongan dan purbalinggo. Kondisi jalan cenderung baik dengan sesekali kita melewati lubang menganga dan kerikil lepas.
Menjelang tengah hari kita sudah sampai di Way Jepara, dan terlihat plang petunjuk jalan kearah Way Kambas di kanan jalan. Jalanan menuju Way Kambas tak ubahnya jalan-jalan di desa, tidak terlalu lebar. Sekitar 15 menit berkendara kita sampai di pintu gerbang Plang Ijo Way Kambas. Ketika membayar tiket masuk, bapak penjaga memberitahu kalau kita masih harus masuk lagi sekitar 8 km. Jalanan gravel kembali menyapa kami untuk menuju salah satu cagar alam tertua di Indonesia. Walaupun matahari terasa begitu terik saat itu, kita tidak merasa terlalu panas karena rindangnya pohon pohon di kiri kanan jalan menuju pusat pelatihan gajah ini.
![]()
Pose dulu didepan gerbang :D
Begitu sampai di Taman nasional tersebut kita menyegerakan sholat di mushola di dalam komplek taman nasional yang didirikan oleh pemerintah Belanda pada 1937 sebagai tempat konservasi dan latihan gajah Sumatra. Setelah menunaikan kewajiban segera kita mendekat ke pawang gajah dan ada seorang ibu yang menawarkan tebu untuk memberi makan gajah. Dengan sedikit takut takut Zahra menyodorkan tebu ke belalai si Gajah. Ketika ditawari untuk naik gajah dia tampak tertarik. Dengan 20 ribu rupiah kita bisa mengelilingi taman, jika ingin sampai ke hutan melihat langsung gajah liar setiap orang harus merogoh kocek sebesar 75 ribu rupiah.
![]()
Alhamdulillah bisa mengajak Zahra langsung ke pusat konservasi Gajah.
Sepanjang perjalanan diatas gajah, kita berbincang dengan petugasnya. Ternyata saat ini tinggal sekitar 60 ekor gajah yang dilatih di Way Kambas, masih banyak perburuan liar terjadi di wilayah hutan lindung ini, tentunya incaran para pemburu tersebut adalah gading, yang konon bernilai sangat tinggi. Kurangnya penjaga hutan untuk mengcover wilayah hutan lindung yang mencapai 1300 km2 menjadi salah satu penyebab susahnya mengatasi perburuan liar disini.
![]()
Next kita masuk ke hutan ya nak :D
Seusai menunggangi gajah, kita memutuskan untuk melanjutkan perjalanan. Kita setuju untuk kesini lagi dan menginap di kawasan hutan lindung ini supaya bisa melihat gajah gajah mandi dan dilepas ke hutan. Tak lupa mengunjungi pantai yang sempat disebutkan petugas hutan disana yang sepertinya masih perawan dan indah. Kuarahkan white warrior kea rah Sukadana dan Metro untuk menuju ke Angkringan dimana rekan-rekan Lampung sudah menunggu untuk sekedar berbincang. Sekitar pukul 5 kita sudah sampai di angkringan AQJ dan ternyata mas Andy Qiting sedang tugas dan hanya ketemu mbak Tika. Mbak Tika berbaik hati meminta salah seorang teman disana untuk mengantarkan kita ke penginapan. Entah kenapa, rencana kita untuk mengunjungi angkringan malam harinya terhapus dan kita semua terlelap malam itu.
![]()
Pose dulu sebelum melanjutkan perjalanan.
Hari hari berikutnya, kuhubungi mas Massa dan mas Andy Qiting di Lampung menanyakan tempat tempat wisata alam menarik yang ada di masing-masing daerah untuk dikunjungi. Mengingat Zahra masih ada ujian hari Seninnya, akhirnya kita putuskan untuk menyambangi pulau Andalas untuk ketiga kalinya. Maaf ya mas Massa, belum sempet sowan. Next time kita kesana. Jumat malam kita sudah mulai disibukkan packing barang-barang yang kita butuhkan ke White Warrior. Tidak sabar rasanya membawa si putih untuk perjalanan pertama kalinya.
Jam 2 pagi, aku dan istriku sudah terbangun. Ketika aku melakukan final check, istriku menyiapkan bekal untuk perjalanan kita. Nasi goreng bumbu rendang tampak sudah siap dibungkus. Setelah semua siap, kita bangunkan Zahra untuk bersiap. Sekitar pukul 3 kita sudah diatas white warrior menuju pelabuhan. Perjalanan relative lancar dan sepi, truk-truk menjadi teman kita pagi itu, sesekali terlihat mobil pribadi di jalanan. Tepat pukul 5 pagi kita sudah di loket pembelian tiket ferry.

Sabar menunggu giliran masuk ke Ferry
Sampai di kapal, kita tunaikan kewajiban sholat shubuh dan mencari tempat istirahat. Tak dinyana, sepi sekali hari itu. Di ruangan Cuma ada kita bertiga, serasa kapal pribadi. Setelah membayar tambahan bantal dan kasur kucoba memejamkan mata, lumayan 3 jam-an pikirku. Rencana tinggalah rencana, sepertinya Zahra mempunyai tenaga ekstra pagi itu, ada saja tingkahnya yang membuatku susah memejamkan mata.

Ulah Zahra yang membuatku susah memejamkan mata :D
Sesampai di pelabuhan bakaheuni, kita mengambil jalur Lampung timur dan berhenti di mini market pertama yang kita temui untuk mengisi perut dengan nasi goreng rendang buatan istriku. Tak lama berselang, tak tersisa butiran nasi sedikitpun di bungkusan, ternyata kita bertiga lapar hahaha.

Isi perut dulu
Segera kita naik ke white warrior dan memacu si putih membelah jalanan yang pagi itu didominasi truk truk. Sejam pertama bangunan berbentuk pura tampak mendominasi sepanjang jalan. Nama daerahpun menyerupai daerah daerah di Jawa, seperti pekalongan dan purbalinggo. Kondisi jalan cenderung baik dengan sesekali kita melewati lubang menganga dan kerikil lepas.
Menjelang tengah hari kita sudah sampai di Way Jepara, dan terlihat plang petunjuk jalan kearah Way Kambas di kanan jalan. Jalanan menuju Way Kambas tak ubahnya jalan-jalan di desa, tidak terlalu lebar. Sekitar 15 menit berkendara kita sampai di pintu gerbang Plang Ijo Way Kambas. Ketika membayar tiket masuk, bapak penjaga memberitahu kalau kita masih harus masuk lagi sekitar 8 km. Jalanan gravel kembali menyapa kami untuk menuju salah satu cagar alam tertua di Indonesia. Walaupun matahari terasa begitu terik saat itu, kita tidak merasa terlalu panas karena rindangnya pohon pohon di kiri kanan jalan menuju pusat pelatihan gajah ini.

Pose dulu didepan gerbang :D
Begitu sampai di Taman nasional tersebut kita menyegerakan sholat di mushola di dalam komplek taman nasional yang didirikan oleh pemerintah Belanda pada 1937 sebagai tempat konservasi dan latihan gajah Sumatra. Setelah menunaikan kewajiban segera kita mendekat ke pawang gajah dan ada seorang ibu yang menawarkan tebu untuk memberi makan gajah. Dengan sedikit takut takut Zahra menyodorkan tebu ke belalai si Gajah. Ketika ditawari untuk naik gajah dia tampak tertarik. Dengan 20 ribu rupiah kita bisa mengelilingi taman, jika ingin sampai ke hutan melihat langsung gajah liar setiap orang harus merogoh kocek sebesar 75 ribu rupiah.

Alhamdulillah bisa mengajak Zahra langsung ke pusat konservasi Gajah.
Sepanjang perjalanan diatas gajah, kita berbincang dengan petugasnya. Ternyata saat ini tinggal sekitar 60 ekor gajah yang dilatih di Way Kambas, masih banyak perburuan liar terjadi di wilayah hutan lindung ini, tentunya incaran para pemburu tersebut adalah gading, yang konon bernilai sangat tinggi. Kurangnya penjaga hutan untuk mengcover wilayah hutan lindung yang mencapai 1300 km2 menjadi salah satu penyebab susahnya mengatasi perburuan liar disini.

Next kita masuk ke hutan ya nak :D
Seusai menunggangi gajah, kita memutuskan untuk melanjutkan perjalanan. Kita setuju untuk kesini lagi dan menginap di kawasan hutan lindung ini supaya bisa melihat gajah gajah mandi dan dilepas ke hutan. Tak lupa mengunjungi pantai yang sempat disebutkan petugas hutan disana yang sepertinya masih perawan dan indah. Kuarahkan white warrior kea rah Sukadana dan Metro untuk menuju ke Angkringan dimana rekan-rekan Lampung sudah menunggu untuk sekedar berbincang. Sekitar pukul 5 kita sudah sampai di angkringan AQJ dan ternyata mas Andy Qiting sedang tugas dan hanya ketemu mbak Tika. Mbak Tika berbaik hati meminta salah seorang teman disana untuk mengantarkan kita ke penginapan. Entah kenapa, rencana kita untuk mengunjungi angkringan malam harinya terhapus dan kita semua terlelap malam itu.

Pose dulu sebelum melanjutkan perjalanan.