
Suasana lalu lintas di Pasar Bale endah ramai sekali, cenderung stuk. Semua pengendara beramai-ramai pingin jadi yang terdepan. Pemotor arah dari Banjaran memaksa masuk walau terhalang beberapa mobil Angkot. Angkutan kota jurusan Baleendah - Soreang ada beberapa yang ngetem di pertigaan tersebut.Jelas, ini yang menyebabkan stuknya lalu lintas. Saya yang dari arah Ciparay, tidak bergerak sama sekali. Ada celah masuk, Andia perlahan bisa jalan setelah ada beberapa petugas Dishub setempat yang mulai mengatur arus kendaraan.
Tidak ada petugas Kepolisian saat itu, padahal waktu menunjukan pukul sembilan pagi. "Ah, mungkin mereka sedang libur" , begitu pikirku dalam hati. Perlahan lalulintas mulai mencair , setelah beberapa angkot mulai meninggalkan area " ngetemnya".
Ku arahkan motorku menuju ke jalan Buah batu. Suasana masih ramai lalu lintasnya. Tapi, jalan semakin lebar. Perlahan saja ku bawa motornya, tak lebih dari empat puluh kilometer perjam.
Bertemu perempatan Bubat, belok kiri menyusuri jalan Sukarno Hatta ke arah barat. Di sebuah perempatan , belok kanan masuk jalan menuju Kebon kalapa. Alun alun Bandung, jalan Karapitan , "wah nyasar ini", patokanku adalah menuju utara ke Gasibu, karena akan jemput istri di sana. Dia naik Travel dari Purwakarta.
Setelah beberapa kali nyasar, akhirnya ketemu juga sama Istri yang lagi nunggu di depan gedung Sate. Membawa beberapa kresek belanjaan yang isinya beberapa potong baju Muslim buat anakku, yang awal Juli nanti akan sekolah sambil mondok di sebuah pesantren di Purwakarta.
Masuk jalan Surapati, ambil pinggiran jalur layang , memutar di bawah fly over. Nampak di kolong jalan layang, beberapa pemuda bermain Skate Board , sebagian duduk bercengkrama di tamannya.
Memang di kolong layang Surapati ini bersih dari pedagang kaki lima.
Setelah dua ratus meter dari arah putaran, belok kiri menuju gedung Unpad, dimana resepsi itu berlangsung. Akhirnya ketemu gedungnya, masuk, bayar parkiran.
Berjalan perlahan sambil mencari temen - temen Prides. Nampak mereka sedang bercengkrama di sebelah kiri pintu masuk utama.
Nova, Agus, Iwip, Sidky yang saya kenal nampak hadir. Ada kejutan menarik, Pakechap Cirebon, om Ade Yunianugraha dan Memet slamet tampak hadir. Mereka yang selama ini cuma kenal di dunia maya saja, sekarang kesampaian bertemu muka, bertatap mata.
Lima menit kemudian, turunlah sang pengantin dari mobil. Diiringi keluarganya, berjalan santai menuju pintu utama gedung. Senyum bahagia memancar merona dari wajahnya. Naik pelataran panggung singgasana, di sambut kesenian tradisional Sunda.
Baru satu tahun saya mengenal Arya ini, Itu juga kebanyakan interaksi Di sosial media. Dapat kesempatan bertemu muka di Ulang tahun Purwakarta Pulsar Club maret lalu. Waktu itu nyate bareng sepulang acara.
Setelah semua acara seremonial beres.Lanjut mencicipi hidangan. Mengambil menu nasi dan lauknya.
Mencari tempat duduk, karena tidak terbiasa makan sambil berdiri. Dapat di tribun sebelah timur , di dekat pintu utama. Nampak Om Vincent dan keluarga hanya berjalan tiga meter saja dari tempat saya duduk.
Dua malam nenda sembari kurang tidur , membuat mata ini cepat ngantuk. Apalagi setelah makan, dan tidak mungkin rebahan di gedung ini. Kuputuskan untuk pulang menuju Purwakarta. Pamitan sama pengantin dan temen- temen Bandung.
Kuputuskan melalui Punclut menuju Purwakarta. Setelah babakan Siliwangi belok kanan menuju Ciumbuleuit. Jalan mulai menanjak, lalu lintas cenderung sepi. Masuk naik Punclut, jalur menyempit. Berpapasan antar minibus membuat laju tersendat.
Lepas tanjakan panjang Punclut, aroma masakan tercium.Beberapa restoran dengan spot kota Bandung nampak berjajar di sisi kanan jalan. Pepes dan goreng Ayam jadi menu andalan.
Lepas Lembang , hawa mulai dingin. Kupercepat laju motor untuk cepat sampai di rumah. Alhamdulilah, selamat sampai di rumah jam tiga sore.
Selamat buat pengantin , Arya Pradana& Amalia Damayanti , semoga menjadi keluarga Samara.


